Background
Contoh Penulisan Daftar Pustaka Yang Baku

Daftar Pustaka memang merupakan suatu bagian yang harus ada dalam sebuah karya ilmiah. Adanya daftar pustaka tersebut dapat memudahkan pembaca untuk mengetahui sumber yang dijadikan rujukan dalam karya ilmiah, sekaligus dengan adanya daftar pustaka berati kita menghormati penulis yang kita kutip karyanya. 



Akhadiah dkk. (1988:190) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun daftar pustaka, yaitu:
1. Daftar pustaka tidak diberi nomor urut.
2. Nama penulis diurutkan menurut abjad.
3. Gelar penulis tidak dicantumkan walaupun dalam buku yang dikutip penulis mencantumkan gelar.
4. Daftar pustaka diletakkan pada bagian terakhir dari tulisan.
5. Masing-masing sumber bacaan diketik dengan jarak baris satu spasi.
6. Jarak masing-masing sumber bacaan dua spasi.
7. Batas pertama diketik dari garis tepi (margin) tanpa indensi dan untuk baris-baris berikutnya digunakan indensi lima ketukan.

Walaupun terdapat variasi dalam menulis daftar pustaka, secara umum unsur pokok yang perlu ditulis dalam daftar pustaka adalah: nama penulis, tahun terbit, judul pustaka, data publikasi yang meliputi kota terbit dan penerbit. Contoh Penulisan Daftar Pustaka yang Baku dipaparkan di bawah ini. Perhatikan unsur-unsur yang dicantumkan dalam daftar pustaka, urutannya, dan tanda bacanya.

1. Cara Menulis Daftar Pustaka dari Buku yang Ditulis oleh Seseorang, Dua Orang, Tiga Orang, atau Lebih dari Tiga Orang
Wiratmaja, Rochayati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Suwandi, Sarwiji dan Madyo Ekosusilo. 2007. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan karya Ilmiah. Surakarta: Penelitian Setifikasi Guru Rayon 13.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugono, Dendy, dkk. 2004. Kamus Pelajaran Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

2. Daftar Pustaka dari Dua atau Lebih Buku yang Ditulis oleh Orang yang Sama
Sugihastuti. 2000. Wanita di Mata Wanita: Perspektif Sajak-Sajak Toety Heraty. Bandung: Nuansa.
Sugihastuti. 2006. Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

3. Daftar Pustaka dari Buku Kumpulan Artikel
Wiedarti, Pangesti (ed.). 2005. Menuju Budaya Menulis, Suatu Bunga Rampai. Yogyakarta. Tiara Wacana.

4. Daftar Pustaka dari Salah Satu Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel
Sufanti. Main. 2005. "Reposisi Pembelajaran Sastra Indonesia", dalam Pranowo, dkk (ed), Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

5. Daftar Pustaka dari Artikel yang Dimuat di Jurnal, Koran, atau Majalah
Koesoema, Doni. 2009. "Melahirkan Generasi Peneliti" dalam Kompas 20 Agustus 2009, hal.6.
Kompas. 20 Agustus 2009. "Penghargaan Teknologi Habibi Award 2009 bagi Pencetak Mesin", hal 14.
Syamsudin, Abu Ahmad Zainal. 2008. "Pengaruh Lingkungan Terhadap Pendidikan Anak", dalam As-Sunnah Edisi 03/ Tahun XII Juni 2008, hal 32.

6. Daftar Pustaka dari Karya Tejemahan
Silberman, Mel. 2001. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. (Terjemahan oleh Sarjuli, dkk.). Yogyakarta: YAPPENDIS.

7. Daftar Pustaka dari Skripsi
Rahayu, Puji. 2011. “Penerapan Strategi Pembelajaran Semua Orang Bisa Jadi Guru untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS pada Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 03 Jatiroyo Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Surakarta: FKIP UMS.

8. Daftar Pustaka dari Internet
Abdul. 2007. “Pengertian Paradigma” (http://adhunk.multiply.com). Diakses pada tanggal 27 April 2012 pk. 20.00.

9. UU, Permen dan Kepres
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.  Jakarta: Sekretariat Negara

10. Ensiklopedia, Kamus
Stafford-Clark, D. 1978. Mental disorders and their treatment. The New Encyclopedia Britannica. Encyclopedia Britannica. 23: 956-975.
Chicago, USA . Echols, J.M. dan Shadily, H. (Eds). 1989. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Sumber : 1
Sumber : 2
Definisi

Pengertian umum abstrak merupakan penyajian singkat mengenai isi tulisan sehingga pada tulisan, ia menjadi bagian tersendiri. Abstrak berfungsi untuk menjelaskan secara singkat kepada pembaca.Sedangkan pengertian khusus abstrak adalah sesuatu yang dilihat tidak mengacu kepada obyek atau peristiwa khusus. Abstraksi menyajikan secara simbolis atau secara konseptual serta secara imajinatif sesuaru yang tidak dialami secara langsung.

Jadi abstrak adalah kata yang menunjukan kepada sifat, keadaan dan kegiatan yang dilepas dari objek tertentu. Pemahaman akan pengertian abstrak sepertinya masih dianggap sebagai suatu yang sulit bahkan tak teraplikasi. Sebagaimana tertera di atas, suatu perikatan adalah suatu pengertian abstrak (dalam arti tidak dapat dilihat dengan mata), maka suatu perjanjian adalah suatu peristiwa atau kejadian yang konkret. Misalnya : Perjanjian jual beli

Fungsi Abstrak
Fungsi abstrak adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat perihal hasil penelitian yang telah dibuat. Uraian yang hanya satu halaman tersebut memudahkan abstrak dimasukkan dalam jaringan internet. Hal ini dimaksudkan memudahkan anda mengetahui hasil penelitian tanpa harus membaca keseluruhan penelitian yang berlembar lembar. Sehingga abstrak membantu anda dalam mencari referensi dalam penelitian yang anda cari.

Adanya abstrak akan menghindari tindakan plagiasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Sebuah penelitian akan terlindungi jika hanya abstraknya saja yang ditampilkan dan diperluas di internet.

Macam-Macam Pengertian Abstrak
1.   Abstrak
adalah representasi dari isi dokumen yang singkat dan tepat. Abstrak merupakan bentuk ringkas dari isi suatu dokumen yang terdiri atas bagian-bagian penting dari suatu tulisan, dan mendeskripsikan isi dan cakupan dari tulisan. 

2.   Lancaster (1991)
menyatakan bahwa sebuah abstrak adalah representasi yang ringkas tetapi akurat dari isi suatu dokumen. Ia membedakan abstract dari extract, karena sebuah extract adalah versi singkat (abbreviated version) dari sebuah dokumen yang dibuat dengan jalan mengambil kalimat-kalimat dari dokumen tersebut. Sedangkan abstract, walaupun memakai berbagai kalimat yang ada dalam dokumen, merupakan sepenggal teks yang diciptakan oleh si pembuat abstrak, bukan kutipan langsung dari penulisnya.
Sumber : 2

3.   Abstrak
adalah ringkasan singkat dari artikel penelitian, tesis, review, melanjutkan konferensi atau setiap analisis mendalam tentang topik tertentu atau disiplin, dan sering digunakan untuk membantu pembaca dengan cepat memastikan tujuan kertas. Ketika digunakan, abstrak selalu muncul pada awal naskah, bertindak sebagai titik-masuknya-untuk setiap kertas akademik diberikan atau aplikasi paten.
Sumber : 3

4.   Collison
Abstrak-Suatu penyajian ringkas dalam bahasa si pengarang mengenai semua butir-butir yang pokok /utama dari dokumen asli 
Sumber : 4

5.   Rowley (dalam bukunya Abstracting and Indexing)
Abstrak-Penyajian isi dokumen secara ringkas dan akurat dalam gaya yang sama dengan dokumen aslinya. 
Sumber : 5

6.   Davis dan Rush
Astrak “A” adalah sebuah “Set” dari kalimat-kalimat “S” sedemikian rupa sehingga A= (S/S D). D ialah dokumen yang diabstrakkan.Teori set ini menyatakan bahwa (A) ialah sebuah set kalimat-kalimat atau kumpulan kalimat-kalimat (S) yang merupakan anggota dari suatu dokumen asli. Definisi ini berlaku bagi suatu astrak-otomat (the auto-abstract), abstrak yang dibuat dengan cara memilih kalimat-kalimat dari artikel aslinya secara otomatis oleh computer yang telah deprogram untuk kerja ini.
Sumber : 6

7.   Abstrak
adalah Ringkasan yang disajikan secara singkat dan jelas bagian yang memuat tujuan, cakupan/jangkauan dan temuan dari suatu artikel (Maizel, Smith: Singer, 1984) 
Sumber : 7

8.   Abstrak
Adalah pernyataan secara singkat  tetapi akurat dari isi suatu dokumen, tanpa menambahkan tafsiran ataupun kritik dan tanpa membedakan untuk siapa abstrak itu dibuat. (American National Standards Institute’s, 1979) 
Sumber : 8

9.   Abstrak
Ialah uraian singkat tetapi akurat yang mewakili isi dokumen, tanpa tambahan interpretasi atau kritik dan tanpa melihat siapa si pembuat sari karangan tersebut. (ISO / international Standard Organisation, 1976)  
Sumber : 9

10.  Abstrak
adalah Penyajian isi dokumen secara singkat dan tepat, tanpamenambahkan tafsiran atau kritik dan tanpa membedakan siapa penulis abstrak tersebut. (Cara Menyusun Sari Karangan ; Buku Panduan. 1993. Jakarta:PdII – LIPI.) 
Sumber : 10

11.  Abstrak
adalah penyajian yang singkat dan jelas dari sebuah dokumen, yang mencantumkan tujuan, cakupan/jangkauan dan temuan dari suatu dokumen yang asli. Abstrak tidak boleh dirubah dari dokumen aslinya, gaya bahasa dari si pengarang sendiri.
Sumber : 11

Jenis Abstrak
Ada beberapa jenis abstrak yang digolongkan pada fungsi dan orientasi pembaca. Namun pada prakteknya lebih banyak dikenal/digunakan dua jenis abstrak ini yaitu :

1. Abstrak Informatif
Merupakan abstrak dokumen yang terpenting, sangat umum, informasi kuantitatif dan kualitatif.
Ciri-cirinya : menyajikan hasil isi dan prinsip-prinsip dari hasil kerja (tujuan,metode), kesimpulan dari artikel asli secara jelas, untuk orientasi pembaca yang tidak dapat mengakses dokumen aslinya. Abstrak informative dibuat sesempurna mungkin namun tidak mengubah makna/isi dari dokumen/artikel aslinya. Sehingga abstrak ini lebih panjang daripada jenis abstrak lainnya. Biasanyamakalah/artikel majalah menghasilkan 100 hingga 250 kata,sedangkan laporan dan tesis sekitar 500 kata.

2. Abstrak Indikatif
Menunjukan isi sebuah artikel dan berisi pernyataan umum tentang sebuah dokumen, tanpa disertai informasi terperinci mengenai hasil tujuan serta data kuantitatif. Biasanya untuk dokumen diskusi, tinjauan literature, prosiding komerensi, dan esei.

Jenis Abstrak Lainnya Yaitu:
3. Abstrak ulasan/kritis
Pengabstrak tidak hanya menjelaskan isi dari dokumen asli tetapi mengevaluasi/menilai, memberi pendapat dan dapat pula menganalisa kerjanya bahkan cara penyajiannya. (Cenderung memberikan komentar)

4. Abstrak pokok
Ditulis untuk menarik perhatian pembaca terhadap suatu dokumen, ditulis dengan sederhana, ringan dan tidak terlalau resmi (gambaran tidak lengkap). Abstrak ini lebih banyak ditulis oleh pengarang atau redaksi.

5. Abstrak terarah / miring
Dalam abstrak ini satu artikel/dokumen dapat dibuat lebih dari satu abstrak yang ditujukan pada bidang-bidang tertentu.

6. Abstrak statistic/numeric
Menyajikan data dalam bentuk table/numeric. Abstrak jenis ini ringkas dan mudah dibaca banyak dipergunakan untuk memproyeksikan kecenderungan pertumbuhan penduduk, pasar, konsumsi.(Data ekonomi, social dan pemasaran).

7. Abstrak Informatif- Indikatif
Perpaduan abstrak informative dan indikatif. Sebagian dari abstrak ditulis dalam gaya informative, sedangkan aspek dokumen yang kurang penting ditulis dalam gaya indikatif.

8. Abstrak Mini
Merupakan abstrak yang menguatkan judul dokumen yang diabstrak., tidak membuat analisis dengan penulisan yang sangat cepat, judul artikel sebagai alat pemberitahuan bagi pembaca.
Sumber: 14

Kesimpulan Abstrak
Dari hasil di atas, dapat saya simpulkan bahwa abstrak yaitu uraian atau penyajian suatu dokumen secara ringkas/ singkat, akurat dan jelas untuk mewakili isi suatu dokumen atau inti dari suatu dokumen dan sesuai dengan dokumen aslinya tanpa menambahkan tafsiran / kritikan karena bagian ini merupakan bagian terpenting dalam tulisan. Letaknya berada di awal naskah.

Sumber : 12
Sumber : 13
Definisi

Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.

Jenis Kutipan:
1. Kutipan langsung.
2. Kutipan tak langsung.
3. Kutipan pada catatan kaki.
4. Kutipan atas ucapan lisan.
5. Kutipan dalam kutipan.
6. Kutipan langsung dalam materi.

Cara Penggunaan Kutipan:
1.  Kutipan langsung
a. Yang tidak lebih dari empat baris
- kutipan diintegrasikan dengan teks
- jarak antar baris kutipan dua spasi
- kutipan diapit dengan tanda kutip
- sudah kutipan selesai, langsung di belakang yang dikutip dalam tanda kurung ditulis sumber dari mana kutipan itu diambil, dengan menulis nama singkat atau nama keluarga pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan itu diambil.

b. Yang lebih dari empat baris
- Kutipan dipisahkan dari teks sejarak tiga spasi
- Jarak antar kutipan satu spasi
- kutipandimasukkan 5-7 ketukan, sesuai dengan alinea teks pengarang atau pengutip.Bila kutipan dimulai dengan alinea baru, maka baris pertamakutipan dimasukkan lagi 5-7 ketukan.
- Kutipan diapit oleh tanda kutip atau diapit tanda kutip.
- Di belakang kutipan diberi sumber kutipan (seperti pada 1)

2. Kutipan tak langsung
a.Kutipan diintegrasikan dengan teks
b.Jarak antar baris kutipan spasi rangkap
c. Kutipan tidak diapit tanda kutip
d.Sesudah selesai diberi sumber kutipan

3. Kutipan pada catatan kaki
Kutipan selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu singkat
saja. Kutipan diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli.

4. Kutipan atas ucapan lisan
Kutipan harus dilegalisir dulu oleh pembicara atau sekretarisnya (bila pembicara seorang pejabat).Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai
kutipan langsung atau kutipan tidak langsung.

5. Kutipan dalam kutipan
Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan terdapat lagi kutipan.

6. Kutipan langsung dalam materi
Kutipan langsung dimulai dengan materi kutipan hinggga perhentian terdekat, (dapat berupa koma, titik koma, atau titik) disusul dengan sisipan penjelas siapa yang berbicara. 

Fungsi Kutipan:
1.Landasan teori
2.Penguat pendapat orang lain3.
3.Penjelasan suatu uraian
4.Bahan bukti untuk menunjang pendapat itu.

Pada waktu sekolah, saya merasa senang sekali bisa belajar di ruangan kelas yang sejuk, pada pagi hari yang indah ini, hati riang seperti pagi merindukan matahari, oh senangnya saya bisa belajar dengan teman-teman yang kadang-kadang ngesali dan nyenagi hati, pada saat belajar matematika oh membuat jantung saya meledak dengan rumus-rumusnya, begitu juga dengan pelajaran kimia, fisika dan bahasa inggris.

Pada waktu istirahat, oh leganya bisa melewatkan pelajaran yang mematahkan semangat dengan rumus-rumusnya, saya keluar dari kelas untuk menenangkan perut yang kosong, saat sampai ke kantin, aduh saya lupa bawa uang jajan, lalu saya kesal seperti api yang menyambar air, ya sudahlah itu memang kesalahan saya bagaimana pun saya harus menerima resiko ini, datanglah teman baik saya ia mentraktir saya makan, lalu hati ini bergejola seperti air yang menyambar api, dengan senangnya, saya mengucapkan terima kasih untuk best friend saya.

Pada waktu masuk ke kelas, saya merasa takut dengan pelajaran rumus-rumus itu, tiba-tiba di kelas belajar Bahasa Indonesia oh senangnya hati saya seperti malam merindukan bulan, oh senangnya gak ketemu sama rumus-rumus menjengkelkan itu, saya sangat bahagia belajar tanpa rumus, hati riang membelah angkasa, tiba-tiba bel berbunyi, yeee pulang, baca doa, beri hormat pada guru, lalu pulang ke rumah dengan hati yang membisik langit.

Itulah cerpen saya, hari-hari di sekolah saya buruk kan jangan seperti saya ya… nanti dimarahi oleh guru matematika loh, apabila ada kesalahan dalam cerpen saya, saya mohon maaf dan terimakasih.
Kerangka Karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teratur.

Urutan Waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap – tahap kejadian . Yang paling mudah dalam urutan ini adalah mengurutkan peristiwa menurut kejadiannya atau berdasarkan kronologinya.

Contoh Outline (Kerangka Karangan Berdasarkan Urutan Waktu)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
1.2   Batasan Masalah
1.3   Tujuan Penulisan
1.4   Metode Penelitian

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Outline (Kerangka karangan)
2.2 Manfaat Outline (Kerangka Karangan)
2.3 Pola Susunan Outline (Kerangka Karangan)
2.4 Macam-macam Outline (Kerangka Karangan)
2.5 Syarat Kerangka Karangan yang baik 
2.6 Langkah-langkah menyusun karangan satu per satu:

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan


BAB I

PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang

Pada umumnya kerangka karangan merupakan rencana garis besar karangan berdasarkan tingkat kepentingannya (teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan),serta pedoman bagi pembaca untuk mengetahui isi suatu karangan. Kerangka karangan yang belum final disebut outline sementara, sedangkan kerangka karangan yang sudah tersusunrapi dan lengkap disebut outline final. Didalam Bahasa Indonesia penulisan kerangkakarangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehinggadapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itusudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secaramenyeluruh, bukan secara terlepas-lepas.

1.2   Batasan Masalah

Kerangka karangan banyak dipergunakan didalam setiap pembuatan penulisan karyailmiah sehingga banyak ketentuan yang harus dilakukan untuk pembuatan penulisan tersebut.Untuk itu Penulis hanya membatasi penulisan ini pada pola susunan secara garis besar, macam – macam dan syarat pembuatan outline (kerangka karangan).

1.3   Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk mengetahui bagaimana pola susunan outline (kerangka karangan) secara garis besar.
2.Untuk mengetahui macam-macam outline (kerangka karangan) berdasar sifat rinciannyadan berdasar perumusan teksnya.
3.Untuk mengetahui syarat outline (kerangka karangan) yang baik.

1.4   Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam mencari atau mengumpulkan data inimenggunakan metode kepustakaan. Dimana metode ini pengumpulan data dengan caramengkaji dan menelaah data dari internet.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Outline (Kerangka karangan)

Berikut ini pengertian dari outline (kerangka karangan) adalah sebagai berikut :

2.1.1 Pengertian Outline

Pengertian Outline menurut bahasa adalah : kerangka, regangan, gari besar, atauguratan. Jadi Outline merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatukarangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis,logis, jelas, terstruktur, dan teratur.

2.1.2  Pengertian Karangan

Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkangagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi,argumentasi, dan persuasi.

2.1.3 Pengertian Kerangka Karangan

Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunangagasan. Kerangka karangan yang belum final di sebut outline sementara sedangkankerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final.Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatukarangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiranutama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas, susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan, ataudapat juga didefinisikan sebagai satu metode dalam pembuatan karangan yang mana topiknyadipecah kedalam sub-sub topik dan mungkin dipecah lagi kedalam sub-sub topik yang lebih terperinci.

2.2 Manfaat Outline (Kerangka Karangan)

a.Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah. 
b.Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakahsusunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakahgagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
c.Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisandikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dariseluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannyaterhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaksutama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapaiklimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
d.Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perludibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akanmembawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yangdiutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yangdemikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kalihanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
e.Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rinciandalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-faktauntuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telahdikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkankembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur,serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti,dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.

2.3 Pola Susunan Outline (Kerangka Karangan)

Secara garis besar, pola kerangka karangan dibagi menjadi dua yaitu pola alamiah dan pola logis, berikut akan di jelaskan secara singkat pola susunan kerangka karangan.

1. Pola Alamiah
Merupakan suatu urutan unit – unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yangnyata di alam. Disebut pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiahyang esensial. Pola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu.Pola alamiah dapat terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Kronologis (waktu)
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Biasanyatulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)
·      Asal usul penulis
·      Pendidikan si penulis
·      Kondisi kehidupan penulis
·      Keinginan penulis
·      Karir penulis

b.Spasial (ruang)
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yangsangat erat dengan ruang atau tempat.Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan – tulisanyang bersifat deskriptif.
Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
·      Di daerah Kalimantan
·      Di daerah Sulawesi
·      Di daerah Sumatra

c.Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada .Suatu peristiwa sudah di kenal dengan bagian –  bagiantertentu.Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian – bagian ituharus di jelaskan berturut – turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian –  bagiannya itu.

2. Pola Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan logis sama sekalitidak ada hubungan dengan suatu ciri yang intern dalam materinya, tetapi erat dengantanggapan penulis.Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir atau cara pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika. Pola logis dapat dibagimenjadi 6, yaitu :

a. Klimaks dan Anti klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentudari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang palingmenonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)·
·      Keresahan masyarakat·
·      Merajalela nya praktek KKN
·      Keresahan masyarakat
·      Kerusuhan social·
·      Tuntutan reformasi menggema

b. Kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab .Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkandengan perincian – perincian yang menelusuri akibat – akibat yang mungkin terjadi. Urutan inisangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan – persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)·
·      Tingginya harga bahan pangan
·      Penyebab krisis moneter
·      Dampak terjadi krisis moneter
·      Solusi pemecahan masalah krisis moneter 

c. Pemecahan Masalah
Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umumatau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakanlandasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif - alternatif untuk jalan keluar darimasalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik (virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya)·
·      Apa itu virusH1N1
·      Bahaya virus H1N1
·      Cara penanggulangannyad
·      Umum khusus
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasansecara terperinci (khusus).
Contoh : Topik (pengaruh internet)
·      Para pangguna internet
·      Anak – anak 
·      Remaja
·      Dewasa
·      Manfaat internet
·      Media informasi
·      Bisnis
·      Jaringan social
·      Dan lain – lain

e. Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal,kemudian berangsur –angsur pindah kepada hal – hal yang kurang di kenal atau belum di kenal.Dalam keadaan – keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakananalogi.

f.Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritasmempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, makaurutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca

2.4 Macam-macam Outline (Kerangka Karangan)

A.Berdasar Sifat Rinciannya:
1) Kerangka Karangan Sementara / Non-formal, Cukup terdiri atas dua tingkat,dengan alasan:
a)Topiknya tidak kompleks 
b)Akan segera digarap
2) Kerangka Karangan Formal:Terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
a)Topiknya sangat kompleks 
b)Topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap

Cara kerjanya:
Rumuskan tema berupa tesis, kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yangdikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebihlanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut Kerangka KaranganFormal.Contoh keranka karangan formal, perhatikan contoh dibawah ini :
Topik : Penggunaan kompor briket batubara
Judul : Dilema Penggunaan Kompor Briket Batubara dan Penanggulangannya
Tujuan : Memperoleh jalan keluar dari dilema penggunaan kompor briket batubara denganmeningkatnya pencemaran
Rumusan Masalah : Upaya apa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar  tanpa menimbulkan masalah baru.Aspek yang diteliti :
a.   kebutuhan bahan bakar masyarakat Indonesia 
b.   sumber bahan bakar di Indonesia
c.   cadangan bahan bakar di Indonesiad.
d.  kenyataan yang terjadi di masyarakat saat ini berkaitan dengan kebutuhan dan penggunaan bahan bakar batubara sebagai bahan bakar alternatif 
e.   efek negatif batubara sebagai bahan bakar alternatif f. jalan keluar atas dilema penggunaan kompor briket batu bara

f.    jalan keluar atas dilema penggunaan kompor briket batu bara

Metode Penelitian :
Studi pustaka survey melalui wawancara dan penyebaran angket Literatur :
Cinningham, W.P. & B.W. Saigo. 1999. Environmental Science: a global concern.Fifth edition. Mc Graw, Boston
Kupchella, C.E. & M.C.Hyland. 1993. Environmental Science: Living in theenvironment. Brooks Cole Publishing company, Pacific Grove, CA.
Raven, P.H., L.R. Berg & G.B.Johnsons. 1998. Environment. Second Edition. SaundersCollege Publishing, Forthworth, FL.
Tribun Bandung, Minggu (16 Oktober 2005), hal. 2
www.wikipedia.com

B. Berdasar Perumusan Teksnya
1) Kerangka Kalimat
2) Kerangka Topik 
3) Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik 

2.5 Syarat Kerangka Karangan yang baik 

a.  Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas.Kemudian buatlah tesis atau pengungkapan maksud.
b.  Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersebut harus dirinci.
c.  Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga
d.  rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
e.  Harus menggunakan simbol yang konsisten.

Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkankarangan.

2.6 Langkah-langkah menyusun karangan satu per satu:

1.  Menentukan tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yangmendasari suatu karangan. Judul adalah kepala karangan. Misalkan temacakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
2.  Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan, banyak caramengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing - masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3.  Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengantema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telahdikumpulkan dengan teliti dan sistematis.Berikut ini petunjuk – petunjuknya :
1. Catat hal penting semampunya.
2. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
3. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4. Membuat kerangka
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasanyang lebih fokus dan terukur.Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.Berikut fungsi kerangka karangan :
a) Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis 
b) Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan
c) Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting

Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :
a)Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagramyang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul). 
b)Mengatur urutan gagasan.
c)Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab.
d)Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis karena bilaterdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan.(karangan tidak mengalir).
5.Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan terhadapmateri yang hendak ditulis. jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata.


BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Di dalam bahasa indonesia untuk membuat suatu penulisan ilmiah harus membuatOutline (Kerangka karangan) dimaksudkan agar penulisan ilmiah tersebut terarah dan sesuaidengan yang diharapkan karena kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yangmemuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis ataudibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akanmenjadi pokok tulisan.Penyusunan outline (kerangka karangan) secara garis besar dapat dilakukan denganmenggunakan pola alamiah dan pola logis. Macam – macam outline ( kerangka karangan )dapat berdasarkan atas : sifat rinciannya dan berdasar perumusan teksnya.Syarat outline ( kerangka karangan ) yang baik adalah sebagai berikut :
a.Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas. 
b.Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
c.Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ideatau pikiran itu tergambar jelas.
d.Harus menggunakan simbol yang konsisten.

A.   PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

B.   UNSUR-UNSUR  KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1.      Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a.       Ayahku  sedang melukis.
b.      Meja direktur besar.
c.       Yang berbaju batik dosen saya.
d.      Berjalan kaki menyehatkan badan.
e.       Membangun jalan layang sangat mahal.
         Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
        Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a.          Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b.         Di sini melayani obat generic.
c.          Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

2.      Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
a.    Kuda meringkik.
b.    Ibu sedang tidur siang.
c.    Putrinya cantik jelita.
d.   Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e.    Kucingku belang tiga.
f.     Robby mahasiswa baru.
g.    Rumah Pak Hartawan lima.
          Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
          Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a.       Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b.      Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c.       Bandung yang terkenal kota kembang.
    Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf  kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

3.      Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
a.       Nurul menimang …
b.      Arsitek merancang …
c.       Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a.       Nenek mandi.
b.      Komputerku rusak.
c.       Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a.       1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2)   Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b.      1) Orang itu menipu adik saya (O)
2)   Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4.      Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a.       Ketua MPR membacakan Pancasila.
       S                  P             O
b.      Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
            S                    P            Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
        S                     P               O
        Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
        Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a.       Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b.      Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c.       Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d.      Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e.       Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5.      Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
         Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.


JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No.
Jenis Keterangan
Posisi/penghubung
Contoh pemakaian
1
Tempat
Di
Ke
Dari
Pada
Di kamar, di kota
Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Manado, dari sawah
Pada permukaan
2
Waktu
Pada
Dalam
Se-
Sebelum
Sesudah
Selama
Sepanjang
Sekarang, kemarin
Pada pukul 5 hari ini
Dalam 2 hari ini
Sepulang kantor
Sebelum mandi
Sesudah makan
Selama bekerja
Sepanjang perjalanan
3
Alat
Dengan
Dengan pisau, dengan mobil
4
Tujuan
Supaya/agar
Untuk
Bagi
Demi
Supaya/agar kamu faham
Untuk kemerdekaan
Bagi masa depan
Demi orang tuamu
5
Cara
Secara
Dengan cara
Dengan jalan
Secara hati-hati
Dengan cara damai
Dengan jalan berunding
6
Kesalingan
-
Satu sama lain
7
Similatif
Seperti
Bagaikan
Laksana
Seperti angin
Bagaikan seorang dewi
Laksana bintang di langit
8
Penyebab
Karena
Sebab
Karena perempuan itu
Sebab kegagalannya
9
Penyerta
Dengan
Bersama
Beserta
Dengan adiknya
Bersama orang tuanya
Beserta saudaranya


C.   CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:
1)      Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:

*      Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
*      Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
*      Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a.       Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b.      Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
*      Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

2)      Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a.       Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b.      Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

3)      Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
*      Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
*      Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
*      Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
*      Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
*      Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.

4)      Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
*      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
*      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan contoh:
a.       Ia memakai baju warna merah.
b.      Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
*      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a.       Dia hanya membawa badannya saja.
b.      Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a.      Dia hanya membawa badannya.
b.      Sejak pagi dia bermenung.
*      Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.


5)      Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a.       Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b.      Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.
·         Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.


6)      Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a.       Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab

b.      Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c.       Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.


7)      Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.


D.   SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1.    Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.   Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.


E.   STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF
Struktur kalimat efektif  haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1.    Buat Papa menulis surat saya.
2.    Surat saya menulis buat Papa.
3.    Menuis saya surat buat Papa.
4.    Papa saya buat menulis surat.
5.    Saya Papa buat menulis surat.
6.    Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.